KisahMisteri - Legenda Para Hantu Pasukan Dari Mataram Yang Sering Saja Menampakan Diri Di Ancol - Sekitar tengah malam, seorang warga yang tinggal di sekitar Jalan Tongkol, Ancol, Jakarta Utara, sedang tiduran di emper rumah. Ketika hampir terlelap, tiba-tiba ia terbangun. Dengan mata masih mengantuk, dia melihat seseorang lewat.
Dalam Cerita Legenda Para Hantu Pasukan Dari Mataram Yang Sering Saja Menampakan Diri Di Ancol
Sekilas dilihatnya seseorang laki-laki muda berpakaian serba hitam membawa tombak. Anehnya laki-laki itu cuma memandangnya terus berjalan dan lenyap di kegelapan malam. Tiba-tiba terdengar suara hiruk-pikuk. Suasana lalu berubah menjadi sunyi sepi. Suara itu hilang.
”Begitu sepi, ternyata saya didatangi penampakan pasukan mataram,” katanya, bercerita.
Sebenarnya dia telah mendengar cerita semacam itu. Cuma ia tidak pernah percaya. Baru ketika mengalami sendiri, dia baru yakin adanya penampakan laskar mataram. “Cerita orang paling sering melihat orang berjalan memakai pakaian Jawa gitu,” ujarnya.
Itulah sekelumit cerita di lokasi situs pertempuran laskar Mataram saat melawan VOC abad ke-17 (1628-1629) di areal bekas Kastil Batavia. Kawasan yang dahulunya tanah lapang itu kini berubah menjadi kawasan kumuh, pangkalan truk, dan dipenuhi bangunan rumah toko di sisi Jalan Tongkol, Jakarta Utara.
Sisa fondasi Kastil Batavia dan Fort Jacatra hingga hari ini belum dikonservasi sebagai peninggalan sejarah bersama Indonesia, Belanda, dan Inggris. Padahal di sekeliling bekas Kastil Batavia masih terdapat sejumlah situs bersejarah.
Alwi Shahab, sejarawan Betawi menulis, di dekat Kastil Batavia yang tersisa adalah Galangan Kapal VOC, Gudang Rempah, Gudang Gandum, dan Menara Syahbandar yang didirikan di salah satu fondasi di ujung Kastil Batavia. Galangan VOC di sisi barat Kastil Batavia merupakan bekas kediaman Pangeran Jaya Wikrama, penguasa Jayakarta yang kala itu berada di bawah kekuasaan Kesultanan Banten.
Sisa lainnya adalah benteng tepi timur Batavia, satu-satunya penanda tersisa batas timur kompleks Batavia yang dibangun sekitar tahun 1740. Benteng itu terletak persis di pinggir jalan Tol RE Martadinata, Jakarta Utara.
Tinggi dinding masih mencapai empat meter lebih. Benteng tepi timur Batavia memang tersembunyi. Tetapi, dua bangunan benteng berbentuk rumah limas yang saling berhadapan itu dapat dilihat jelas dari jalan layang Tol RE Martadinata.
Pada tanggal 21 September 1628, tentara Mataram menyerang benteng Hollandia. Mereka mencoba menaiki benteng tersebut dengan tangga. Sambil menjalankan penyerangan ini, di bagian lain mereka mereka membunyikan alarm untuk mengurangi perhatian pada penyerbuan atas benteng Hollandia.
Akan tetapi orang Belanda dapat mencium bahwa tujuan tentara Mataram hanya benteng Hollandia, oleh sebab itu mereka merubah perhatian menjadi penyerangan. Dengan segala kekuatan mereka menyerang parit-parit dan pusat kanan tentara Mataram, sehingga banyak menimbulkan korban. Karenanya kerugian manusia terlalu banyak di pihak Mataram.
Dari tawanan-tawanan yang ditahan Kompeni mereka dapat keterangan bahwa masih terdapat kira-kira 4.000 anggota tentara Mataram yang berkeliaran di hutan mencari makanan. Terhadap mereka Kompeni mengutus Jacques Lefebres untuk menyerang sisa-sisa laskar ini. Dengan jumlah yang tidak kecil yaitu 2.866 orang, Jacques Lefebres mengadakan penyerbuan. Ia memulai dengan menyusuri sungai di tepi mana terdapat Tumenggung Baureksa